Kembara | Bagian Kesepuluh - Sajak Aksara

Kembara | Bagian Kesepuluh

puisi puisi perjalanan seorang petualang
Pengembaraan menuju telaga

Bait Bait Pertengahan

Tebing akan hancur di terpa badai tuan esok hari, persiapkan dengan matang agar seluruh tenda tenda di bawah kaki gunung tidak habis di lahap angin berisikan kepadatan itu. Jangan ada tangis lagi malam ini, biarkan saja hujan yang menangisi bumi dengan gelimang air suci mensucikan pelataran bumi manusia.


Tidak lagi, jalan jalan panjang di antara perbukitan akan menonton kaki di sepak oleh terjalnya tanah. Batu batu menjadi saksi mata dari setiap kaki yang luka, tidak dengan hati yang rapuh dan lapuk. Cahaya bulan siap menerangi jalan di tengah peraduan bersama angin dingin malam ini juga.


Jangan terlupakan perihal nasihat ibu, ingat semua itu di kepala dan rekam dengan baik baik. Biarkan saja kepala menggerutu sendirinya, lalu jiwa kuatkan sekuat kuatnya. Biar jika badai datang terlebih dulu, tubuh tidak terkeok dan jatuh di dalam jurang yang gelap dan dalam. Tidak akan ada orang yang menemukan jasad di bawah sana, kecuali burung dan cacing tanah.


Jingga kemerahan mulai meredup di ufuk barat, persiapkanlah segera mungkin. Burung hantu dan sejagatnya akan mengintai dengan mata tajam. Jangan berani menatap sayu pada kedua bola mata miliknya, bisa bisa mata menjadi buta dan takut akibatnya. Karena malam ini akan begitu dingin, jangan biarkan hati kosong dan ompong di makan harapan palsu.


Keraskan kaki, kuatkan hati, kokohkan tubuh selama perjalan menanti di bawah hutan rimbun. Tidak akan ada orang lain yang datang membantu menyokong beratnya dosa sendiri. Hanya pribadi baik yang mampu menolong jiwa kesusahan. Tutup telinga, agar suara bising dari tepi hutan tidak mengganggu dan menakuti-nakuti.


Dan apabila sudah sampai pada ambang bait bait pertengahan, sampaikan jika rindu sedang di bungkus sementara. Akan dibuka kembali bungkusannya apabila hati dan mata mulai lapar di tengah jalan. Bekal masih banyak sebelum terjadi, maka biarlah saja ditumpuk paling bawa. Biar saja membusuk dengan sendirinya, nanti dimakan juga jika perlu.


Menuju jalan panjang, 19 Juli 2020.

Share:

Posting Komentar

Membaca Tanpa Bersosialisasi, Hidup Penuh Paradoks

Di era digital ini, membaca dan bersosialisasi bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Di satu sisi, membaca membuka jendela duni...

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes