Pecahan Memori Makassar: Keliling Kota, Maros, hingga Malino - Sajak Aksara

Pecahan Memori Makassar: Keliling Kota, Maros, hingga Malino

Pecahan Memori Makassar

Di penghujung tahun 2023, saya berkesempatan melakukan perjalanan udara dari Kendari menuju Makassar. Perjalanan ini menghindari bosan selama berdiam diri dalam kamar.

Dari menjelajahi Kota Makassar yang ramai, menyusuri keunikan Maros, hingga merasakan sejuknya udara Malino, semuanya meninggalkan kesan mendalam.

Keliling Kota Makassar dengan Motor Smash

Hari itu, rencana spontan terwujud, saya dan teman lama saya memutuskan untuk keliling Kota Makassar menggunakan motor Smash kesayangannya. Dengan cuaca cerah dan semangat petualangan, kami pun memulai perjalanan seru mengunjungi beberapa spot ikonik di kota ini.

Perjalanan kami dimulai dari CPI (Centre Point Indonesia), salah satu mall terbesar di Makassar. Kami bertemu di sini karena lokasinya yang strategis. 

Sambil menunggunya, saya menikmati suasana modern CPI yang ramai pengunjung. Setelah dia tiba dengan motor Smash-nya yang masih kinclong meski sudah bertahun-tahun, kami langsung gas ke tujuan pertama!

Dari CPI, kami meluncur ke Pantai Losari, ikon utama Makassar yang selalu ramai. Parkir motor di tepian, kami langsung menikmati angin laut yang segar.

Setelah puas di Losari, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Al-Markaz Al-Islami atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas 99. Arsitekturnya yang megah dengan kubah emasnya selalu memukau.

Sebelum pulang, ia mengajak "melipir" ke Jalan Nusantara, salah satu pusat kuliner malam (agak lain nih) di Makassar. Tujuannya? Mencoba melihat pejuang rupiah bekerja di dinginnya malam kota Makassar.

Baca juga:

Berkunjung ke Maros

Salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan saya dari Kendari ke Makassar adalah ketika berkunjung ke Maros bersama teman lama. 

Kebetulan, salah satu sahabat SMA saya tinggal di kampung Leang-Leang, dan ini jadi kesempatan sempurna untuk reuni sambil mengeksplorasi keindahan alam Maros.

Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, akhirnya saya sampai di rumah teman saya di Leang-Leang, sebuah kampung yang dikelilingi oleh bukit kapur dan nuansa pedesaan yang asri.

Setelah santai sejenak, kami memutuskan untuk mengunjungi Air Terjun Bantimurung, yang hanya berjarak sekitar 20 menit dari Leang-Leang. Begitu tiba, suara gemericik air dan pemandangan tebing kapur langsung menyegarkan pikiran. 

Kami sempat berenang di kolam jernih di bawah air terjun, sambil sesekali berfoto di antara kupu-kupu yang beterbangan, sesuai dengan julukan Bantimurung sebagai "Kingdom of Butterflies".

Sebelum matahari terbenam, kami buru-buru menuju Rammang-Rammang, kawasan karst yang pemandangannya mirip miniatur Raja Ampat. Kami menyusuri sungai dengan perahu tradisional, melewati hamparan batu kapur yang megah. 

Saat senja tiba, langit berubah warna menjadi jingga keemasan, memantulkan cahaya indah di atas permukaan air. Kami duduk di warung tepi sungai, menikmati segelas kopi hangat sambil mengobrol tentang rencana bertemu lagi di lain waktu.

Hari itu benar-benar sempurna, reuni dengan teman lama, petualangan seru, dan keindahan alam Maros yang memukau. Jika kalian punya kesempatan ke Makassar, jangan lewatkan untuk mampir ke Maros.

Merasakan Dingin di Malino

Perjalanan dari Makassar ke Malino biasanya ditempuh dengan mobil, tapi kali ini, saya dan teman-teman memilih naik motor Smash teman untuk merasakan sensasi yang lebih menantang! 

Meski dinginnya Malino terkenal menusuk tulang, petualangan kami justru semakin seru, bahkan sampai berenang di bawah Air Terjun Takapala, air terjun tertinggi di Sulawesi Selatan!

Kami berangkat pagi-pagi dari Makassar dengan satu motor Smash yang kami tumpangi bergantian. Meski agak sesak, perjalanan justru terasa lebih seru karena bisa merasakan langsung perubahan suhu seiring mendekati Malino.

Setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan petualangan ke Air Terjun Takapala, air terjun setinggi 80 meter yang disebut-sebut sebagai yang tertinggi di Sulawesi Selatan.

Meski hanya bermodal satu motor Smash, petualangan kami ke Malino justru jadi lebih berkesan. Dari menggigil kedinginan di atas motor, sampai berenang di bawah air terjun megah, semuanya terasa seperti mimpi yang jadi nyata.

Perjalanan dari Kendari ke Makassar, kemudian menjelajahi Maros dan Malino, benar-benar memberi saya pengalaman berharga. Setiap tempat memiliki daya tariknya sendiri, mulai dari budaya, kuliner, hingga alam yang memukau. 

Jika kalian berencana melakukan perjalanan serupa, pastikan untuk menyiapkan waktu yang cukup agar bisa menikmati setiap momen!

Baca juga: 

Tapi ingat, semua itu bisa dilakukan hanya dengan tiga hal; uang, kesehatan, dan waktu. Ketiganya adalah elemen penting untuk melakukan perjalanan jauh.

Kalo tertarik pengen baca jejak perjalanan lain yang pernah saya lakukan, bisa terus membacanya blog ini, meskipun update-nya sesuka hati. Cheers!
Share:

Posting Komentar

Pecahan Memori Makassar: Keliling Kota, Maros, hingga Malino

Di penghujung tahun 2023, saya berkesempatan melakukan perjalanan udara dari Kendari menuju Makassar. Perjalanan ini menghindari bosan sela...

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes